Oleh: Abi Aufaa
Kamar Emma terbuka, sesosok tubuh
masih dibalut mukena; mungkin baru saja selesai sholat tahajud, masuk dan
menghampiri ranjangnya.
“Bangun Emma, bangun dong sayang”
Tampak secelah mata mengintip dari
kelopaknya, ditangkapnya satu bayangan yang tak pernah asing lagi dari
pikirannya, sedang berusaha menyadarkannya dari mimpi-mimpi.
“Emma masih ngantuk, Mi”. lirih Emma.
“Kita makan sahur dulu, sayang”.
“Ummi sama Abi makan duluan saja, nanti
Emma nyusul”, jawab Emma sambil menguap. Matanya masih terpejam.
“Lho, baru hari pertama Ramadhan, kok
udah gak semangat? Ayo dong, kamu ini gimana sih”, kata ummi seraya mengelus
rambut Emma.
“Iya, lima menit lagi deh, Mi. Nanti
Emma nyusul Ummi ke dapur”.
“Ya udah, Ummi tinggal dulu yaa, tapi
janji nanti Emma harus nyusul”
Emma mengangguk malas, matanya tetap
saja terpejam. Dan tangannya terus merapatkan selimut ke tubuhnya, boneka hello
kittynya tak ketinggalan ditarik dan lantas dipeluknya.
***
“Aduh, Emma…. Ummi tungguin kok tidak bangun-bangun.
Tau gak, Abi sama Ummi aja udah selesai makan sahurnya. Tadi janjinya cuma lima
menit”
“masih ngantuk, Mi” sambil mengeliat
dilanjutkan mengucek mata.
“Cuci muka dulu sana, biar ngantuknya
hilang”.
“boleh gak Emma gak puasa, Mi?”
“Ya ampun, Emma. Kamu ini sudah besar.
Udah kelas satu SMP. Kamu tau tidak, Aufa sepupu kamu yang tinggal di desa aja,
dia dari kelas lima SD sudah terbiasa berpuasa”.
“Tapi kan, Mi….”
“Ah, sudah-sudah, cepat kamu cuci muka
sana. Sebentar lagi Imsak”
Emma bangkit, bonekanya dilemparnya
begitu saja di kasur. Dia berlalu dari hadapan Ummi, mukanya nampak cemberut.
Ummi hanya menghembuskan nafas berat,
kepalanya menggeleng.
***
Lima hari sudah berlalu, Ummi dan Abi
mulai merasa tidak enak. Selama lima hari ini Emma sangat susah disuruh puasa.
Terutama saat membangunkan sahur. Kalau dibangunkan suka menawar-nawar. Terus
kalau sudah puasa, siangnya suka merengek minta buka puasa duluan. Ada- ada
saja alasannya, gak tahan, sakit perut, kecapean terus kehausan. Macam-macam!.
Namun Ummi selalu sabar menasehatinya.
Ummi ingat, di hari ke dua, tengah hari,
Emma datang menghampiri Ummi, “Mi, Emma nyerah, yaa?”
“nyerah apa, sayang?”
“Emma udah gak tahan, Mi. perut Emma sakit. Emma
boleh buka kan?”
“ Kamu hanya belum terbiasa, sayang. Coba tahan aja
dulu yaa, ummi yakin pasti tahan deh”.
“Ummi gak kasian sama Emma? Ummi pengen liat Emma
sakit?”
“ Lho, puasa itu gak bakalan membuat kita sakit,
sayang. Malah dengan berpuasa akan membuat tubuh menjadi sehat.”
“Buktinya Emma sakit, Mi!, lama-lama emma bisa kena
sakit maag nih”.
Ummi tersenyum.
“Percayalah, sayang. Berpuasa itu
sesungguhnya menyehatkan. Kalau kamu merasa sakit, itu hanya karena kamunya
yang tidak ikhlas menjalaninya”
“Maksud, Ummi?”
“Begini, kalau kamu puasa tapi hati kamu
gak ikhlas dan tidak berniat untuk puasa, akan terjadi kontradiksi.
Akibatnya antara hati dan tubuh kamu; antara rohani dan jasmani kamu terjadi
pertentangan itulah yang menyebabkan kamu sakit. Lagian, apapun yang dilakukan
dengan tidak ikhlas, semuanya akan terasa tidak mengenakkan dan tidak menyenangkan.”
***
“Terus Ummi maunya gimana?”, Abi
membuyarkan lamunan Ummi.
“Ummi pengen banget melihat Emma kaya
Aufa yang sudah terbiasa puasa sejak kelas lima SD, Bi”
“Ya, udah. Gimana kalau besok kita
liburan aja ke rumah nenek di desa, biar Emma bisa ketemu Aufa langsung. Siapa tau
Emma tergerak hatinya dan suka berpuasa kayak Aufa”.
“Wah, ide bagus tuh, Bi.”
“Coba, Ummi panggil Emma di kamarnya”
Ummi mengangguk. Dia bergegas menuju
kamar Emma. Kamarnya ada disamping dapur. Ummi membuka pintu kamar Emma pelan.
Dia tidak mengetuk terlebih dulu. Takut kalau saja Emma sedang tidur untuk
melupakan rasa laparnya. Pintu kamar Emma tertutup rapat. Ummi sedikit
mengintip, memastikan apakah Emma tertidur atau tidak. Tiba-tiba matanya
terbelalak. Secepat mungkin dia membuka pintu lebar-lebar.
“Emmaaa….! Apa yang kamu lakukan?” Ummi
tampak gusar.
Emma kaget, secepat mungkin dia
menyimpan sebuah bungkusan di balik selimutnya. Dia pucat, seperti seorang
pencuri yang tengah tertangkap basah. Dia memandang Ummi, tampak sepasang mata
melotot ke arahnya. Emma menunduk, ia sangat takut memandang mata itu. Mata
yang selama ini selalu menyimpan sinar kasih, hari ini terasa sirna. Matanya
tampak liar dan beringas.
“Jawab, Emma! Apa yang kamu lakukan?”
“Ada apa, Mi? kok teriak-teriak?”, Abi
muncul dari belakang.
Ummi berjalan ke arah Emma. Dia menarik
selimut Emma. Emma berusaha menahan. Namun terlambat. Sebuah bungkusan jatuh
menumpahkan keripik singkong di atas lantai.
“Lihat ini, Bi! Apa- apaan ini, Emma?
Jadi kamu tidak puasa yaa? Apa selama beberapa hari ini kamu juga tidak
berpuasa seperti ini?”
Emma hanya diam. Abi nampak menggeleng.
“ Baik, sekarang Ummi kasih tau, besok
kita akan pergi ke rumah nenek, biar kamu bisa belajar banyak sama Aufa sepupu
kamu. Dan satu lagi, mulai hari ini, Ummi tidak akan ngasih kamu uang jajan
lagi selama bulan puasa. Biar kamu tidak bisa jajan diam-diam lagi!”.
Kali ini Emma memandang Ummi, matanya
tampak marah namun basah.
“Ummi jahat, Ummi tidak kasihan melihat
Emma kelaparan.”
“Emma, apa kamu pernah memikirkan. Salah
satu hikmah kita di suruh berpuasa itu supaya kita juga bisa merasakan
penderitaan orang miskin. Mereka belum tentu bisa makan setiap hari kaya kamu.
Mengapa kamu yang hanya menahan lapar saat bulan puasa saja tidak pernah
sanggup?”
“Terserah Ummi saja”, Emma langsung
memalingkan wajahnya. Dia kemudian berbaring di ranjang sambil menghadap dinding.
Emma membelakangi Ummi dan Abinya.
Ummi masih ingin menasehati Emma, namun
cepat dicegah Abi. Abi mengajaknya keluar. Kamar menjadi hening. Hati mereka
semua larut dalam pikiran masing-masing. Emma kemudian bangkit dan terus duduk
di kursi. Tangannya menopang pipinya diatas meja belajar yang menghadap ke
jendela. Pintu sudah tertutup rapat. Beginilah, Emma selalu duduk di kursi ini
bila sedang sedih. Matanya memandang keluar. Di samping rumahnya ada sebuah
taman kecil yang selalu dirawatnya dengan rajin. Dia suka melihat
bunga-bungaan. Melihatnya hati Emma terasa tentram.
***
Emma melihat, di sana tampak seekor
kupu-kupu cantik terbang dari satu bunga ke bunga yang lain. Kupu-kupu itu
tampak gembira sekali. Banyak madu yang bisa didapatnya kali ini. Emma merasa
sedikit terhibur melihatnya. Senangnya bisa terbang seperti itu.
“kamu sedang apa, sepertinya kamu sedang
sedih”.
Emma kaget, dia menggosok-gosok matanya.
“Kamu kah yang berbicara itu?”
“Ya, memang aku”, jawab seekor kupu-kupu
cantik yang tadi terbang di atas tamannya. Dia menghampiri Emma dan kemudian
bertengger diatas pulpen yang tersusun rapi di dalam sebuah gelas hias.
“aku sedang mengamati kamu, aku kagum
melihat corak indah warnamu”.
“Ohh. Inilah anugrah yang telah
diberikan Allah kepada kami. Kamu tau gak, dulu kami buruk rupa lo.”
“Masa iya, sih, gimana ceritanya?”
“Iya, kamu pernah belajar IPA kan
disekolah? Pasti deh kamu pernah belajar tentang metamorfosa kupu-kupu?”
“Bu guru pernah cerita sih, tapi aku
sudah lupa”
“Jadi begini ceritanya, pada awalnya
kami hanyalah seekor ulat, yang kebanyakan orang akan jijik melihat kami. Dan
kamu pun mungkin tidak akan suka melihatku seperti sekarang ini. Akan tetapi
Allah mengilhamkan kepada kami untuk istirahat dan berpuasa selama 7 bahkan
sampai 20 hari. Kami tinggal dalam sebuah pupa tanpa makan apa-apa”.
“Maksud kamu, kepompong yaa?”
“Tepat sekali, dalam kepompong kami
tidak tahu apa yang terjadi pada kami, kami hanya menjalankan apa yang Allah
perintahkan, dan kami yakin bahwa Allah pasti telah merencanakan yang terbaik
untuk kami. Dan ternyata benar! Saat kami keluar dari kepompong, kami melihat
adanya perubahan pada diri kami. Kami memiliki sayap dan bisa terbang, tubuh
kami pun menjadi sangat indah dengan beragam corak. Selain itu kami yang
awalnya sangat menjijikan, tumbuh menjadi kupu-kupu yang disukai banyak orang.
Yah, begitu lah kami, kalau kamu ingin menjadi indah, dan disukai banyak orang;
kalau kamu ingin hidup mulia, maka kamu juga harus berpuasa seperti kami.. Oh,
ya… hari ini kamu puasa kaan??.
Emma tersentak, pertanyaannya sangat
membuatnya terkejut. Dia merasa malu dengan makhluk yang mungil ini, walau tubuhnya kecil, ternyata ia mampu berpuasa dan menjalankan
perintah Allah dengan begitu taatnya. Bagaimana dengan dia?
“Kamu puasa kan?”, sekali lagi makhluk
mungil dan cantik itu bertanya.
Emma diam. Terus menggeleng lemah.
“Lo, memangnya kenapa?”
Emma tak menjawab, butiran bening
kemudian menghiasi bola matanya, nampak ada penyesalan di sana. Tiba- tiba dia
jatuh. Bukk….
Emma terbangun dilihatnya suasana kamar
tampak gelap, hanya lampu temaram yang menyala di sana. Hari sudah malam, Emma
mengucek matanya, rupanya barusan dia tertidur dan bermimpi… masih jelas
ingatannya pada mimpi itu. Dia merasa sangat malu, dia ingat juga telah menyakiti
hati Umminya, Emma merenung, aliran sungai kecil kini mengalir di pipinya,
Sesaat diliriknya tepat di atas meja
sudah ada makanan terhidang, rupanya Ummi tadi masuk mengantarkan makanan ke
kamarnya. Mungkin Ummi tidak ingin mengganggu tidurnya lantas tidak
membangunkannya terlebih dahulu.
“Ummi, maafkan, Emma. Emma juga sayang
sama Ummi”, lirihnya.
***
Tepat jam tiga pagi, Emma sudah bangun.
Dia sengaja memasang alarm HP nya tadi malam. Dia bangun, dan bergegas menuju
kamar Abi dan Umminya.
“Abi, Ummi, yuk bangun, kita makan
sahur….^_^”
Abi dan Ummi lantas bingung, mereka lalu
berpandangan satu sama lain sebelum akhirnya mengiyakan. Ummi memandang Abi
dengan heran, Abi hanya menggeleng, lalu mengangkat tangan dan membuka telapak
tangannya setinggi bahu, bahunya juga sedikit terangkat, pertanda dia juga
tidak tahu apa-apa.
Tiba-tiba saja, seekor kupu-kupu cantik
terbang melintas diatas ketiganya. Lalu hilang entah kemana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar