Selasa, 10 Desember 2013

Metamorfosa



Oleh: Abi Aufaa
 
Kamar Emma terbuka, sesosok tubuh masih dibalut mukena; mungkin baru saja selesai sholat tahajud, masuk dan menghampiri ranjangnya.
“Bangun Emma, bangun dong sayang”
Tampak secelah mata mengintip dari kelopaknya, ditangkapnya satu bayangan yang tak pernah asing lagi dari pikirannya, sedang berusaha menyadarkannya dari mimpi-mimpi.
“Emma masih ngantuk, Mi”. lirih Emma.
“Kita makan sahur dulu, sayang”.
“Ummi sama Abi makan duluan saja, nanti Emma nyusul”, jawab Emma sambil menguap. Matanya masih terpejam.
“Lho, baru hari pertama Ramadhan, kok udah gak semangat? Ayo dong, kamu ini gimana sih”, kata ummi seraya mengelus rambut Emma.
“Iya, lima menit lagi deh, Mi. Nanti Emma nyusul Ummi ke dapur”.
“Ya udah, Ummi tinggal dulu yaa, tapi janji nanti Emma harus nyusul”
Emma mengangguk malas, matanya tetap saja terpejam. Dan tangannya terus merapatkan selimut ke tubuhnya, boneka hello kittynya tak ketinggalan ditarik dan lantas dipeluknya.
***
“Aduh, Emma…. Ummi tungguin kok tidak bangun-bangun. Tau gak, Abi sama Ummi aja udah selesai makan sahurnya. Tadi janjinya cuma lima menit”
“masih ngantuk, Mi” sambil mengeliat dilanjutkan mengucek mata.
“Cuci muka dulu sana, biar ngantuknya hilang”.
“boleh gak Emma gak puasa, Mi?”
“Ya ampun, Emma. Kamu ini sudah besar. Udah kelas satu SMP. Kamu tau tidak, Aufa sepupu kamu yang tinggal di desa aja, dia dari kelas lima SD sudah terbiasa berpuasa”.
“Tapi kan, Mi….”
“Ah, sudah-sudah, cepat kamu cuci muka sana. Sebentar lagi Imsak”
Emma bangkit, bonekanya dilemparnya begitu saja di kasur. Dia berlalu dari hadapan Ummi, mukanya nampak cemberut.
Ummi hanya menghembuskan nafas berat, kepalanya menggeleng.
***
Lima hari sudah berlalu, Ummi dan Abi mulai merasa tidak enak. Selama lima hari ini Emma sangat susah disuruh puasa. Terutama saat membangunkan sahur. Kalau dibangunkan suka menawar-nawar. Terus kalau sudah puasa, siangnya suka merengek minta buka puasa duluan. Ada- ada saja alasannya, gak tahan, sakit perut, kecapean terus kehausan. Macam-macam!. Namun Ummi selalu sabar menasehatinya.
Ummi ingat, di hari ke dua, tengah hari, Emma datang menghampiri Ummi, “Mi, Emma nyerah, yaa?”
“nyerah apa, sayang?”
“Emma udah gak tahan, Mi. perut Emma sakit. Emma boleh buka kan?”
“ Kamu hanya belum terbiasa, sayang. Coba tahan aja dulu yaa, ummi yakin pasti tahan deh”.
“Ummi gak kasian sama Emma? Ummi pengen liat Emma sakit?”
“ Lho, puasa itu gak bakalan membuat kita sakit, sayang. Malah dengan berpuasa akan membuat tubuh menjadi sehat.”
“Buktinya Emma sakit, Mi!, lama-lama emma bisa kena sakit maag nih”.
Ummi tersenyum.
“Percayalah, sayang. Berpuasa itu sesungguhnya menyehatkan. Kalau kamu merasa sakit, itu hanya karena kamunya yang tidak ikhlas menjalaninya”
“Maksud, Ummi?”
“Begini, kalau kamu puasa tapi hati kamu gak ikhlas dan  tidak  berniat untuk puasa, akan terjadi kontradiksi. Akibatnya antara hati dan tubuh kamu; antara rohani dan jasmani kamu terjadi pertentangan itulah yang menyebabkan kamu sakit. Lagian, apapun yang dilakukan dengan tidak ikhlas, semuanya akan terasa tidak mengenakkan dan  tidak menyenangkan.”
***
“Terus Ummi maunya gimana?”, Abi membuyarkan lamunan Ummi.
“Ummi pengen banget melihat Emma kaya Aufa yang sudah terbiasa puasa sejak kelas lima SD, Bi”
“Ya, udah. Gimana kalau besok kita liburan aja ke rumah nenek di desa, biar Emma bisa ketemu Aufa langsung. Siapa tau Emma tergerak hatinya dan suka berpuasa kayak Aufa”.
“Wah, ide bagus tuh, Bi.”
“Coba, Ummi panggil Emma di kamarnya”
Ummi mengangguk. Dia bergegas menuju kamar Emma. Kamarnya ada disamping dapur. Ummi membuka pintu kamar Emma pelan. Dia tidak mengetuk terlebih dulu. Takut kalau saja Emma sedang tidur untuk melupakan rasa laparnya. Pintu kamar Emma tertutup rapat. Ummi sedikit mengintip, memastikan apakah Emma tertidur atau tidak. Tiba-tiba matanya terbelalak. Secepat mungkin dia membuka pintu lebar-lebar.
“Emmaaa….! Apa yang kamu lakukan?” Ummi tampak gusar.
Emma kaget, secepat mungkin dia menyimpan sebuah bungkusan di balik selimutnya. Dia pucat, seperti seorang pencuri yang tengah tertangkap basah. Dia memandang Ummi, tampak sepasang mata melotot ke arahnya. Emma menunduk, ia sangat takut memandang mata itu. Mata yang selama ini selalu menyimpan sinar kasih, hari ini terasa sirna. Matanya tampak liar dan beringas.
“Jawab, Emma! Apa yang kamu lakukan?”
“Ada apa, Mi? kok teriak-teriak?”, Abi muncul dari belakang.
Ummi berjalan ke arah Emma. Dia menarik selimut Emma. Emma berusaha menahan. Namun terlambat. Sebuah bungkusan jatuh menumpahkan keripik singkong di atas lantai.
“Lihat ini, Bi! Apa- apaan ini, Emma? Jadi kamu tidak puasa yaa? Apa selama beberapa hari ini kamu juga tidak berpuasa seperti ini?”
Emma hanya diam. Abi nampak menggeleng.
“ Baik, sekarang Ummi kasih tau, besok kita akan pergi ke rumah nenek, biar kamu bisa belajar banyak sama Aufa sepupu kamu. Dan satu lagi, mulai hari ini, Ummi tidak akan ngasih kamu uang jajan lagi selama bulan puasa. Biar kamu tidak bisa jajan diam-diam lagi!”.
Kali ini Emma memandang Ummi, matanya tampak marah namun basah.
“Ummi jahat, Ummi tidak kasihan melihat Emma kelaparan.”
“Emma, apa kamu pernah memikirkan. Salah satu hikmah kita di suruh berpuasa itu supaya kita juga bisa merasakan penderitaan orang miskin. Mereka belum tentu bisa makan setiap hari kaya kamu. Mengapa kamu yang hanya menahan lapar saat bulan puasa saja tidak pernah sanggup?”
“Terserah Ummi saja”, Emma langsung memalingkan wajahnya. Dia kemudian berbaring di ranjang sambil menghadap dinding. Emma membelakangi Ummi dan Abinya.
Ummi masih ingin menasehati Emma, namun cepat dicegah Abi. Abi mengajaknya keluar. Kamar menjadi hening. Hati mereka semua larut dalam pikiran masing-masing. Emma kemudian bangkit dan terus duduk di kursi. Tangannya menopang pipinya diatas meja belajar yang menghadap ke jendela. Pintu sudah tertutup rapat. Beginilah, Emma selalu duduk di kursi ini bila sedang sedih. Matanya memandang keluar. Di samping rumahnya ada sebuah taman kecil yang selalu dirawatnya dengan rajin. Dia suka melihat bunga-bungaan. Melihatnya hati Emma terasa tentram.
***
Emma melihat, di sana tampak seekor kupu-kupu cantik terbang dari satu bunga ke bunga yang lain. Kupu-kupu itu tampak gembira sekali. Banyak madu yang bisa didapatnya kali ini. Emma merasa sedikit terhibur melihatnya. Senangnya bisa terbang seperti itu.
“kamu sedang apa, sepertinya kamu sedang sedih”.
Emma kaget, dia menggosok-gosok matanya.
“Kamu kah yang berbicara itu?”
“Ya, memang aku”, jawab seekor kupu-kupu cantik yang tadi terbang di atas tamannya. Dia menghampiri Emma dan kemudian bertengger diatas pulpen yang tersusun rapi di dalam sebuah gelas hias.
“aku sedang mengamati kamu, aku kagum melihat corak indah warnamu”.
“Ohh. Inilah anugrah yang telah diberikan Allah kepada kami. Kamu tau gak, dulu kami buruk rupa lo.”
“Masa iya, sih, gimana ceritanya?”
“Iya, kamu pernah belajar IPA kan disekolah? Pasti deh kamu pernah belajar tentang metamorfosa kupu-kupu?”
“Bu guru pernah cerita sih, tapi aku sudah lupa”
“Jadi begini ceritanya, pada awalnya kami hanyalah seekor ulat, yang kebanyakan orang akan jijik melihat kami. Dan kamu pun mungkin tidak akan suka melihatku seperti sekarang ini. Akan tetapi Allah mengilhamkan kepada kami untuk istirahat dan berpuasa selama 7 bahkan sampai 20 hari. Kami tinggal dalam sebuah pupa tanpa makan apa-apa”.
“Maksud kamu, kepompong yaa?”
“Tepat sekali, dalam kepompong kami tidak tahu apa yang terjadi pada kami, kami hanya menjalankan apa yang Allah perintahkan, dan kami yakin bahwa Allah pasti telah merencanakan yang terbaik untuk kami. Dan ternyata benar! Saat kami keluar dari kepompong, kami melihat adanya perubahan pada diri kami. Kami memiliki sayap dan bisa terbang, tubuh kami pun menjadi sangat indah dengan beragam corak. Selain itu kami yang awalnya sangat menjijikan, tumbuh menjadi kupu-kupu yang disukai banyak orang. Yah, begitu lah kami, kalau kamu ingin menjadi indah, dan disukai banyak orang; kalau kamu ingin hidup mulia, maka kamu juga harus berpuasa seperti kami.. Oh, ya… hari ini kamu puasa kaan??.
Emma tersentak, pertanyaannya sangat membuatnya terkejut. Dia merasa malu dengan makhluk yang mungil ini, walau tubuhnya  kecil, ternyata ia mampu berpuasa dan menjalankan perintah Allah dengan begitu taatnya. Bagaimana dengan dia?
“Kamu puasa kan?”, sekali lagi makhluk mungil dan cantik itu bertanya.
Emma diam. Terus menggeleng lemah.
“Lo, memangnya kenapa?”
Emma tak menjawab, butiran bening kemudian menghiasi bola matanya, nampak ada penyesalan di sana. Tiba- tiba dia jatuh. Bukk….
Emma terbangun dilihatnya suasana kamar tampak gelap, hanya lampu temaram yang menyala di sana. Hari sudah malam, Emma mengucek matanya, rupanya barusan dia tertidur dan bermimpi… masih jelas ingatannya pada mimpi itu. Dia merasa sangat malu, dia ingat juga telah menyakiti hati Umminya, Emma merenung, aliran sungai kecil kini mengalir di pipinya,
Sesaat diliriknya tepat di atas meja sudah ada makanan terhidang, rupanya Ummi tadi masuk mengantarkan makanan ke kamarnya. Mungkin Ummi tidak ingin mengganggu tidurnya lantas tidak membangunkannya terlebih dahulu.
“Ummi, maafkan, Emma. Emma juga sayang sama Ummi”, lirihnya.
***
Tepat jam tiga pagi, Emma sudah bangun. Dia sengaja memasang alarm HP nya tadi malam. Dia bangun, dan bergegas menuju kamar Abi dan Umminya.
“Abi, Ummi, yuk bangun, kita makan sahur….^_^”
Abi dan Ummi lantas bingung, mereka lalu berpandangan satu sama lain sebelum akhirnya mengiyakan. Ummi memandang Abi dengan heran, Abi hanya menggeleng, lalu mengangkat tangan dan membuka telapak tangannya setinggi bahu, bahunya juga sedikit terangkat, pertanda dia juga tidak tahu apa-apa.
Tiba-tiba saja, seekor kupu-kupu cantik terbang melintas diatas ketiganya. Lalu hilang entah kemana.                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar