Jumat, 10 Januari 2014

New Year, New Life



Oleh: Abi Aufaa

 

٣٢. وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. Al Israa: 32)

Sekali ini aku kembali sibuk berkutat dengan tombol- tombol huruf dan angka di laptopku. Seperti biasa, kali ini aku harus merangkai kata dan bait- bait mencipta tulisan untuk tugas mingguan di organisasi baruku. Pusing juga. Kadang tak selalu inspirasi itu datang menghampiriku. Aku harus memutar otak dulu hingga keliling- keliling. Malu juga kalau aku gak bisa. Soalnya tema kali ini aku yang nentuin. Namun, tampaknya layarku masih kosong.

Sementara, istriku datang menghampiri dengan segelas susu hangat kesukaanku di tangannya. Aku menatapnya. Cantik. Dia hanya tersenyum. Subhanallah, ternyata inilah tulang rusukku yang sempat hilang. Dialah bidadariku yang sebelumnya tak pernah terbayangkan.

“Minum dulu, Bi. Ini ummi bawakan susu hangat”

Aku mengangguk, lantas menyambut gelas yang dia berikan. Dia melingkarkan tangannya di pundakku. Tentram. Indahnya. Sungguh, benar sekali Firman-Nya yang berbunyi:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum: 21)

“Kali ini temanya apa, Bi?”

“Tahun baru, Mi. Abi sendiri yang ngasih tema itu, tapi Abi sendiri bingung mau nulis apa.”

“Lho??” tatapanya heran. Ironis. Aku hanya cengengesan.

“Gini aja, Bi. Abi lupa yaa, kalau tahun baru kemarin ada apa aja?”

Apa yaa. Aku mencoba memutar ingatanku. Memanggil kembali memori- memori yang mungkin sedikit terlupakan akibat banyaknya file yang mengaburkan.

***

Sudah menjadi menu harianku, tiap malam aku akan berlagak gila dengan ngomong sendiri di depan yang namanya hape. Kadang diselingi tawa. Memang asyik. Teramat membahagiakan bisa bercakap- cakap dengan orang yang kita sayang. Gak peduli lagi orang di samping kiri kanan. Dunia udah milik berdua kayaknya. Untungnya, tukang becak lagi gak ada.

Gombal gembel pun mulai menghambur. Hanya saja, kata- kata kosong seperti itu terdengar menyenangkan meski kelihatan bohongnya. Masa bodoh. Yang penting happy. Sementara itu, tepuk tangan syetan malah terdengar meriah memberi semangat. banyak kata- kata kosong dan sia- sia bahkan rawan dosa keluar. Semakin menutup hati. Ajakin ketemuan bisik makhluk bertanduk itu. Biar akrab. Biar silaturrahimnya tambah erat. Anggukkan kecil kepalaku menyetujuinya. Sayup terdengar suara adzan. Tapi aku masih betah berlama- lama. Sholat? NANTI, pasti aku sholat kok.

 ***

Hari itu tiba. Kami janjian ketemuan di taman. Setelah mesan bakso dan jus, kami mencari tempat duduk. Agak jauhan dari orang- orang. Kami duduk bersebelahan. Lagi- lagi makhluk bertanduk itu datang. Ia menyuruh kami pegangan tangan. Namun aku agak malu. Ia marah. Payah. Geser dikit katanya lagi. Biar dekat. Ini aku setuju. Diam- diam namun pasti, jarak kami semakin dekat. Dia menatapku dan aku membalasnya. Layaknya sinetron, sesaat kami terhenti, terhenyak dan tertegun. Tapi aku sadar ini bukan sinetron. Gak perlu ada adegan macam- macam. Cukup bertatapan saja! Yang baca gak perlu mikir macam- macam juga yaa. Ini Cuma fiksi belaka. Memang sih inspirasinya dari pengalaman juga. Tapi setidaknya cerpen ini bukan kopi pastel sepenuhnya. Sudah dibumbu- bumbuin.

Lanjut deh. Perasaankupun melayang- layang saat memandang matanya. Pengatur musiknya juga pinter nih, langsung saja memutarkan lagu romantis. Makin hanyut deh. Namun suara yang datang dari corong mesjid yang tak jauh dari taman membuyarkan segalanya. Kami kembali ke dunia kami. Kembali ke jalan yang benar juga, mungkin. Kayaknya ada pengajian. Benar juga, terdengar suara seorang penceramah memecah keheningan yang telah tercipta diantara kami. Dimulai dengan salam, dia lantas menguraikan ceramahnya. Aku tak terlalu tertarik. Bakso yang ada di hadapanku sudah menyita penuh perhatianku. Mmmm.

“Ketahuilah Allah melarang kita melakukan zina, mendekatinya saja kita dilarang. Dalam Al Qur`an dikatakan: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. Asal tahu saja saat kita memandang wanita yang tidak halal bagi kita, itu adalah zina mata. Saat menyentuh, itu zina tangan. Saat mengkhayal, itu zina hati. Berbeda jika kita menikah. Saat memandang, halal. Menyentuh, halal. Mengkhayal, halal juga. Singkatnya dengan menikah semuanya halal dan bahkan berpahala”

Tiba- tiba saja aku tersedak. Pentol yang ada dimulutku jatuh ke tanah. Apa yang barusan dikatakan Ustadz tadi? Ku tekan replay (Aneh, yaa. Kaya MP3 saja), berhasil. Sekali lagi kudengar jelas ceramah pak Ustadz. Ada angin semilir berhembus menerpa wajahku. Mengibas rambutku. Sedikit dingin. Aku menggigil. Ku letakkan dulu mangkok bakso ke meja biar tidak jatuh. Selanjutnya aku teruskan menggigil lagi. Aku mulai menggeser tempat dudukku. Syetan protes. Ku balas dengan ta`awudz membuatnya kabur terbirit- birit. Aku beristighfar. Apa yang telah kami lakukan? Akhirnya, kami memutuskan untuk pulang.

***

“Yah, aku ingin nikah”

Ayah memandangku. Matanya menginterogasi. Memastikan anaknya sedang tidak mengigau. Aku berusaha meyakinkan.

“Aku punya uang tabungan, Yah”

***

Aku berhenti sebentar. Sebelum meneruskan mengetik cerita yang sedang antum baca ini. Ku reguk susu yang telah dibuatkan istriku tadi. Manis, walau tak semanis istriku. Aku memandangi matanya dan membelai rambutnya. Alhamdulillah, Allah telah menuntunku memilih jalan hidup dan menjalani hidup seperti ini. Setahun sudah. Tepat hari ini.

***

30 Desember 2012

Hari ahad itu, rumahku ramai dengan orang- orang yang datang. Sekedar menghadiri undangan juga memberikan doa restu atas keputusan dan pilihan yang ku ambil. Aku melepas masa lajangku di akhir tahun itu. Dan bersiap menyambut tahun baru dengan kehidupan baruku yang Insya Allah diridhai-Nya… Aamiin.
I do realize that the end of the year is the time when I must have introspection bout what i`d done and welcome the new year for the new life. The better exactly.

Last,
Thanks to Allah…
Thanks to my wife…
I love you, and Happy our wedding party day, hope we`ll be forever in happiness…. ^_^
(30/12/2012- 30/12/2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar