Sabtu, 07 September 2013

Generasi Qur`ani

Suatu hari seorang pemuda berjalan di sebuah desa yang sangat asri, dihiasi oleh banyak pepohonan, udara yang penuh dengan kesejukan, dan sungai-sungai yang mengalir begitu jernihnya. Sebuah perjalanan biasanya kebanyakan orang membawa cukup perbekalan baik uang, atau makanan minuman dansebagainya. Namun berbeda dengan pemuda ini, bukan karena lupa membawa perbekalan namun ketiadaanya yang membuat pemuda ini tidak membawa apa-apa.

Perjalanan yang cukup melelahkan membuat pemuda ini merasakan dahaga dan lapar, wajarlah karena memang pemuda ini seorang manusia biasa bukan malaikat. Singkat cerita pemuda ini melihat ada satu buah yang jatuh dari pohonnya, dengan semangat dan tanpa berfikir panjang, apakah buah itu kotor atau setengah kotor dia tak peduli dengan hal itu langsung saja pemuda ini mengejar dengan rasa riang dan bahagia. Ia pun mendapatkannya dengan mudah, dicuci lalu dimakannya setelah membaca basmalah, ia pun menghilangkan dahaga hausnya dengan meminum seteguk air sungai yang segar.

Setelah pemuda ini baru saja memakan setengah dari buahnya lalu tiba-tiba terbesitlah ia, bahwa sesungguhnya darimanakah buah itu berasal? Orang yang bertakwa kepada Allah, jika digoda dengan syetan akan cepat mengingat Allah SWT.

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”.(QS Al A’raf: 201).

Subhanallah. Lalu pemuda ini menelusuri pohon yang kira-kira dari manakah buah ini berasal, tidak mungkin buah ini datang begitu saja, pasti berasal dari sebuah pohon. Akhirnya pemuda ini menemukan pohon tersebut. Dengan rasa yang sangat takut, karena merasa memakan makanan yang bukan miliknya, seperti takutnya sahabat Abu Bakar radiyallahu an’hu takkala tahu makanan yang dimakan itu tidak halal, ia segera memasukkan jari ke mulutnya dan memuntahkan semua makananannya. (HR Bukhari).

Kemudian pemuda ini memberanikan diri untuk masuk ke salah satu rumah penduduk yang diduga pemilik pohon tersebut. Lalu dengan nada suara yang lembut, pemuda ini mengucapkan salam. Setelah berbicara panjang, apa yang ditanyakan oleh pemuda ini dibetulkan oleh pejaga rumah lalu ia pun mendatangi pemilik pohon itu. Pemuda ini kemudian meminta maaf kepada pemilik pohon karena sudah memakan buahnya tanpa seizinnya meskipun bukan maksud mengambilnya, namun karena keadaan spontan dan juga karena ditemukan di tanah.

Pemilik pohon ini, didalam hatinya merasa terkagum-kagum dengan perilaku yang dilakukan pemuda tersebut. Walaupun pemuda ini sudah meminta maaf, namun pemilik kebun tak semudah itu memaafkannya, dikarenakan pemilik kebun merasa ada sesuatu yang beda dengan pemuda ini. Tidak sembarang pemuda, yang ini sangat berbeda dengan pemuda-pemuda lain. Selanjutnya sang pemilik pohon mau memaafkan kesalahannya asalkan dengan satu syarat. Syaratnya adalah jika pemuda ini sanggup maka akan dimaafkan segela kesalahannya. Tanpa berfikir panjang pemuda ini mengiyakannya, karena takutnya kepada Allah SWT (QS An-Nisa: 29).

Namun ternyata syarat yang diajukan ini sangat mengejutkan, karena syaratnya adalah pemilik pohon menginginkan pemuda ini menikahi putrinya. Dengan rasa berat namun dilandasi keimanan yang kokoh, pemuda ini pun mengiyakan syarat tersebut. Selanjutnya pemilik pohon menceritakan singkat profil putrinya ini. Bahwasanya putrinya ini mempunyai mata yang buta, mulut bisu, telinga tuli dan lumpuh. Hal ini sempat menggegerkan kembali hati pemuda tersebut, namun dengan iman yang mantap ia pun mengiyakan itu semua. Lalu terjadilah akad pernikahan. Sesudah pernikahan usai, pemuda ini dipersilahkan masuk menemui istrinya.

Sewaktu pemuda ini hendak masuk ke kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena ia menyakini bahwa malaikat tentu tidak tuli dan bisu. Maka pemuda inipun mengucapkan salam, tak disangka putri yang ada dihadapannya itu menjawab salamnya. Bahkan ketika pemuda ini masuk dan menghampiri putri itu, dia pun mengulurkan tangannya. Pemuda ini terkejut karena putri yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya.

Pemuda ini berkata dalam hatinya, bapak pemilik pohon itu berkata bahwa putrinya itu tuli dan bisu tetapi mengapa putrinya menyambut salamku? Berarti putri yang ada dihadapannya dapat mendengar dengan baik dan tidak bisu. Kemudian bapak itu juga mengatakan bahwa putrinya buta dan lumpuh tetapi mengapa putrinya menyambut kedatangannya dengan ramah dan mesra? Pemuda ini berpikir sejenak, mengapa bapaknya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan keadaan sebenarnya?

Setelah pemuda ini duduk di kamar putrinya itu, dia bertanya kepada putri itu, bapakmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta, mengapa demikian? Putri itu kemudian menjawab,"bapakku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah SWT".

Kemudian pemuda ini bertanya lagi, bapakmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa demikian? Putri itu menjawab,"Bapakku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah SWT."

Bapakmu juga menceritakan kepadaku bahwa kamu bisu dan lumpuh? Mengapa demikian? Putri itupun kembali menjawab, "Aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah SWT saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah SWT." Subhanallah..

Pemuda ini pun merasa sangat bahagia, karena mendapatkan istri yang ternyata sangat salehah dan putri yang selalu memelihara kehormatan dirinya. Cerita bapak mertuanya ternyata semua itu hanyanlah kiasan semata, Alhamdulillah. Dengan bangganya pemuda ini, ia bercerita perihal tentang istrinya, "Ketika kulihat wajahnya...Subhanallah, Dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap."

Kemudian pemuda saleh dan pemudi salehah itu hidup rukun dan bahagia, keluarga penuh dengan keberkahan, keluarga sakinah-mawaddah-warahmah (QS.Ar-Rum:21). tak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang sangat saleh, melahirkan generasi qurani.

Syarat pertama untuk melahirkan generasi qurani adalah mencari makanan yang halal, yang Allah sediakan untuk kita. Bukan saja Halal, tapi juga Thoyyib (QS Al-Maidah: 88).

Sering kita lihat motto salah satu warung makanan, Halalan Thoyyiban, karena jika halal saja tidak cukup, harus thoyyib (baik), karena coba kita lihat kulit duren, bukankah itu halal? Boleh dimakan namun tidak thoyyib, dengan memakan makanan yang halal dan thoyyib, kita dihindarkan dari hal-hal yang diharamkan Allah dalam tubuh kita, maka semakin bersih dan sucilah jiwa kita.

Syarat yang kedua adalah memilih istri yang salehah (QS An-Nisa: 34). Itu pesan yang sangat penting diantara syarat-syarat orang memilih seorang wanita, Rasulullah Saw sangat menganjurkan untuk memilih istri yang salehah, karena dia yang akan membahagiakan kita, serta kita pun sangat beruntung mendapatkannnya (HR Bukhari Muslim).

Syarat yang kedua ini juga sangat menentukan masa depan kita, bukan hanya kebahagiaan di dunia saja melainkan akhirat, jika hanya satu di antara orang tua yang saleh/salehah, maka akan sulit melahirkan generasi qurani, sebagaimana pelajaran dari kisah Nabi Nuh as.

Nabi Nuh as adalah seorang Nabi yang tak diragukan lagi ketaatannya kepada Allah SWT, akan tetapi mempunyai istri yang tidak taat kepada suami dan Allah SWT. Hasilnya anak pun tidak menjadi anak yang saleh/salehah (QS At-Tahriim: 10), yaitu membangkang dan durhaka sehingga istri dan anaknya dibiarkan tenggelam dilautan (QS Hud : 42-43).

Contoh kedua adalah Raja Fir’aun, raja yang sangat beringas, raja yang menuhankan dirinya untuk disembah, yang memerintahkan untuk membunuh seluruh anak kecil laki-laki yang dikhawatirkan akan menumbangkan kerajaannya (QS Al A’raf: 127). Suami yang tidak saleh, tidak taat kepada Allah SWT namun ia memiliki istri yang salehah. Dialah Asiyah, istri raja Fir’aun yang memiliki ketaatan yang begitu baik kepada Allah SWT (QS At-Tahriim: 11).

Ketaatan seorang istri kepada Allah SWT saja tidak cukup, yang tidak dibarengi oleh suami yang saleh. Walhasil, akan sulit melahirkan generasi qurani. Contoh yang terbaik adalah dialah Abul Anbiya, bapak para Nabi, Nabi Ibrahim AS (QS At-Taubah: 114). Mempunyai istri yang salehah, yang taat kepada Allah SWT, taat sekali kepada suaminya. Dengan demikian maka lahirlah generasi qurani, anak yang saleh, yang taat sekali kepada Allah dan orang tuanya, dialah Nabi Ismail AS (QS Ash-Shaffat:99-111).

Contoh terakhir adalah dialah penutup para Nabi, Nabi Muhammad SAW, manusia terbaik, teladan untuk semua manusia (QS Al Ahzab: 21), yang mempunyai istri-istri yang salehah, yang selalu taat kepada Allah SWT dan suaminya. Akhirnya pun mempunyai keturuan yang saleh-salelah, bukan hanya sampai anaknya saja, melainkan ketaatan kepada Allah SWT yang diikuti oleh keturunan-keturunannya, cucu-cucu beliau, Hasan dan Husein. Subhanallah.

Syarat yang ketiga adalah memegang ubun-ubun istri dan mendoa’kannya setelah menikah (HR Abu Dawud, Ibnu Majah), kemudian salat sunnah 2 rakaat sebelum berhubungan suami-istri (HR Ibnu Abi Syaibah dan Thabrani). Kemudian dilanjutkan dengan seringnya kedua orang tua berdoa kepada Allah sebagaimana doa Nabi Ibrahim AS,

"Rabbi hablii minassholihiin”(QS As-Shaffat:100). Insya Allah, anak yang akan lahir nanti akan menjadi pelipur lara, penyejuk mata, bukan hanya anak akan menjadi penyejuk mata, namun di masa yang akan datang ia akan menjadi pemimpin di antara orang bertaqwa (QS Al Furqaan:74).

Syarat yang keempat adalah menghadirkan suasana islami didalam keluarga kita, mendengarkan bacaan Alquran baik melalui kaset, CD, ataupun lainnya. Adapun yang terbaik adalah suara yang dibacakan langsung oleh kedua orangtuanya, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:"Terangilah rumahmu dengan membaca Alquran dan salat sunnah." (HR Bukhari).

Meluangkan waktu keluarga untuk Alquran, dengan cara membaca, menghafal, mengulang, menghayati, mengamalkan dan memasyarakatkannya. Generasi qurani adalah generasi yang sangat cinta dengan Alquran, akbrabnya dengan Alquran. Oleh sebab itu seseorang yang paling baik, paling pandai bacaan Alqurannya, ia paling layak dan pantas menjadi pemimpin salat (HR Muslim).

Syarat yang kelima adalah selalu menjaga, memelihara anak dari api neraka, bukan hanya menyelamatkan diri kita sendiri, melainkan menyelamatkan juga keluarga dan lingkungan kita (QS-At-Tahriim: 6).

Syarat yang keenam adalah senantiasa membina anak dalam pendidikan yang Islami, baik itu pendidikan umum ataupun syar'i, kejarlah pendidikan dengan setinggi-tingginya, menjadi pakar ataupun guru besar, akan tetapi perlu ditekankan bahwa dengan pendidikan itulah membuat anak kita semakin takut kepada Allah SWT, seperti takutnya kambing akan terkaman serigala (QS Faatir: 28), (HR Bukhari).

Mewariskan yang terbaik untuk anak bukan hanya harta (QS Al-Kahfi: 80-81), namun juga dibarengi dengan ilmu (Ali bin Abi Thalib). Dengan kedua hal itu mampu menjaga anak kita dari miskinnya harta, dan banyaknya keberkahan ilmu. Insya Allah, semoga kita mempunyai keturunan yang saleh salehah, generasi qur’ani, yang cinta kepada AlQur’an dan sunnah. Kelak menjadi pemimpin yang bertaqwa. Sukses dunia-akhirat. Amiiin.

"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (Al-Furqoon: 74).


Wallahu a’lam Bisshawaab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar